Identitas nasional tumbuh dan berkembang berdasarkan
nilai-nilai masyarakat yang memunculkan perasaan solidaritas sosial. Suatu
identitas nasional menunjukkan bahwa individu-individu setuju atas
pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni kesadaran mengenai
perbedaan mereka dengan orang lain dan suatu perasaan akan harga diri bersama
mereka (Charles F Andrain, 1992). Kesadaran akan penghargaan diri diwujudkan
dalam bentuk nilai, norma, dan simbol-simbol ekspresif yang dianut bersama.
Nilai merupakan konsep yang sangat umum mengenai hal
yang bernilai, berharga, diinginkan, suatu kriteria untuk menentukan tindakan-tindakan
mana yang harus diamabil. Lebih spesifik dari nilai, norma merupakan
peraturan-peraturan (hak dan kewajiban) yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai
diwujudkan. Simbol-simbol ekspresif seperti yang ditemukan dalam seni, ritual,
dan mitos, memberikan ekspresi konkrit pada nilai-nilai dan norma-norma yang
lebih abstrak.
Melalui simbol-simbol ekspresif seperti bendera,
lagu kebangsaan dan pahlawan-pahlawan rakyat, nilai-nilai yang abstrak dan
tidak tampak menjadi hangat bagi individu-individu. Nilai, norma dan simbol
ekspresif memberikan pembenaran bagi tindakan-tindakan di masa lalu,
menjelaskan perilaku massa sekarang, dan merupakan pedoman dalam menyeleksi
pilihan-pilihan di masa depan. Sumber-sumber identitas bersama yang kemudian
menjadi identitas nasional berupa nilai-nilai primordial, nilai-nilai sakral,
nilai-nilai sakral dan nilai-nilai sipil.
Nilai-nilai primordial menunjukkan keterikan yang
didasarkan pada hubungan biologis dan tempat. Orang-orang yang dikaitkan satu
sama lain didasarkan atas ikatan famili dan etnis, serta sejarah asal usul dan
gaya hidup. Mereka berbicara dalam bahasa yang sama, hidup di daerah geografis
yang sama, akan menganut suatu identitas bersama. Nilai-nilai sakral yang
meliputi agama maupun ideologi adalah landasan yang kuat bagi identitas
bersama.