Republik
Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti) disebut Türkiye (bahasa Turki:
Türkiye) adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang
dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa
Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di
sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur
laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di
tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan
bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia,
sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental.
Bangsa
Turki mulai bermigrasi ke daerah yang dinamakan Turki pada abad ke-11. Proses
migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Seljuk melawan Kekaisaran
Bizantium pada pertempuran Manzikert. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan
Kesultanan Seljuk Rûm memerintah Anatolia sampai dengan invasi Kekaisaran
Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Ottoman menyatukan Anatolia dan
membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah kebanyakan Eropa Tenggara, Asia
Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kekaisaran Utsmaniyah runtuh setelah kalah
pada Perang Dunia I, sebagian wilayahnya diduduki oleh para Sekutu yang
memenangi PD I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisasikan gerakan
perlawanan melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil
mendirikan Republik Turki Modern dengan Atatürk menjabat sebagai presiden
pertamanya.
Ibu
kota Turki berada di Ankara namun kota terbesar di negara ini adalah Istanbul.
Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki
merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan
sebagai jembatan antara dua peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari
Adriatik ke Tiongkok dalam jalur darat di antara Rusia dan India, Turki telah
memperoleh kepentingan strategis yang bertambah pesat.
Turki
adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu.
Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan Barat sementara di saat yang sama
menjalin hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota
pendiri PBB [4], Organisasi Konferensi Islam (OKI),[5] OECD,[6] dan OSCE,[7]
serta negara anggota Dewan Eropa sejak tahun 1949,[8] dan NATO sejak tahun
1952.[9] Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya negara Islam pertama yang
berunding menyertai Uni Eropa, setelah merupakan anggota koalisi sejak tahun
1963.[10] Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan
20 buah ekonomi yang terbesar di dunia.
Etimologi
Nama
Turki atau Türkiye dalam bahasa Turki terdiri dari dua komponen, yaitu: etnonim
Türk dan akhiran abstrak –iye yang berarti "pemilik",
"tanah" (berasal dari akhiran dalam bahasa Arab –iyya yang serupa
dengan akhiran –ia dalam bahasa Yunani dan Latin). Catatan awal istilah
"Türk" atau "Türük" sebagai autonim terdapat dalam
tulisan-tulisan Orkhon oleh kaum Göktürk (Turki Samawi) dari Asia Tengah (c.
abad ke-8 M). Tu–kin dijadikan bukti pada awal tahun 177 SM sebagai nama
pemberian bangsa Cina kepada penduduk di wilayah selatan Pegunungan Altai di
Asia Tengah. Nama Indonesia "Turki" berasal dari bahasa Latin
Pertengahan iaitu Turchia (c. 1369). Nama ini berkerabat dekat dengan Tourkia
dalam bahasa Yunani, yang awalnya digunakan oleh bangsa Bizantium untuk
menyebut Hungaria pada abad pertengahan (karena bangsa Hungaria dan Turki
mempunyai leluhur yang sama) tetapi kemudian mereka mulai menggunakan nama ini
untuk menamai wilayah hasil penaklukkan Seljuk di Anatolia, ratusan tahun
setelah Pertempuran Manzikert pada tahun 1071.
Sejarah Turki
Semenanjung
Anatolia adalah salah satu wilayah berpenduduk yang tertua di dunia. Berbagai
populasi Anatolia kuno menetap di Anatolia, dimulai pada periode Neolitikum
hingga ditaklukkan oleh Alexander Agung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Anatolia, cabang bahasa dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahkan, para peneliti
telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis, di mana bahasa Indo-Eropa
menyebar. Bagian wilayah Turki di Eropa disebut Trakia Timur. Wilayah ini tidak
berpenduduk sejak empat ribu tahun yang lalu, dan memasuki masa Neolithikum
sekitar tahun 6000 SM dengan penduduknya yang mulai bercocok tanam.
Göbekli
Tepe adalah sebuah situs yang dikenal sebagai struktur tempat suci tertua yang
dibuat oleh manusia sekitar 10.000 SM,[15] sementara Çatalhöyük yang merupakan
permukiman Neolitikum dan Kalkolitikum di Anatolia selatan, sekitar tahun 7500
SM sampai 5700 SM. Pada Juli 2012, kedua situs ini masuk dalam daftar Situs
Warisan Dunia UNESCO.[16] Permukiman di Troya dimulai pada Zaman Neolitikum dan
terus berlanjut sampai Zaman Besi.
Catatan
penduduk Anatolia yang paling awal adalah Bangsa Hatti dan Bangsa Huri,
bangsa-bangsa non-Indo-Eropa yang dihuni Anatolia tengah dan timur,
masing-masing pada awal 2300 SM. Bangsa Het datang ke Anatolia pada tahun
2000-1700 SM. Kerajaan besar pertama di daerah tersebut didirikan oleh bangsa
Het, dari abad kedelapan belas hingga abad ke-13 SM. Asiria menaklukkan wilayah
bagian tenggara Turki dan menetap di sana pada awal 1950 SM sampai tahun 612
SM.
Setelah
runtuhnya kerajaan Het pada tahun 1180 SM, Kerajaan Frigia berkuasa di Anatolia
sampai kerajaan mereka dihancurkan oleh Suku Kimmeri pada abad ke-7 SM.
Antikuitas dan
Periode Bizantium
Pada
awalnya berfungsi sebagai gereja, lalu berubah menjadi masjid, dan kemudian
berubah lagi menjadi museum hingga sekarang. Hagia Sophia dibangun pada masa
Kekaisaran Bizantium.
Sekitar
tahun 1200 SM, pantai Anatolia dikuasai oleh suku Aiolia dan suku Ionia Yunani.
Banyak kota-kota penting yang didirikan, seperti Miletos, Ephesos, Smirna, dan
Bizantium, dan yang terakhir didirikan adalah Megara pada tahun 657 SM. Negara
pertama yang disebut Armenia oleh wilayah lain adalah negara dinasti Orontid
Armenia, yang termasuk bagian dari Turki timur yang dimulai pada abad ke-6 SM.
Di Turki barat daya, kelompok suku yang paling berpengaruh di Trakia adalah
suku Odyrisia, yang didirikan oleh Teres I.
Anatolia
ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia selama abad ke-6 dan ke-5
SM lalu kemudian jatuh ke tangan Aleksander Agung pada tahun 334 SM, yang
menyebabkan meningkatnya homogenitas kebudayaan dan Helenisasi di wilayah
tersebut.[11] Setelah kematian Aleksander pada tahun 323 SM, Anatolia kemudian
dibagi menjadi beberapa kerajaan Helenistik, yang semuanya menjadi bagian dari
Republik Romawi pada pertengahan abad ke-1 SM. Proses Helenisasi yang dimulai
dengan penaklukan Aleksander dipercepat saat berada di bawah kekuasaan Romawi,
sehingga pada awal abad Masehi bahasa Anatolia dan budaya setempat telah punah
digantikan oleh bahasa Yunani.
Pada
tahun 324, Konstantinus I memilih Bizantium menjadi ibu kota baru Kekaisaran
Romawi, kemudian diubah menjadi Roma Baru. Setelah kematian Theodosius I pada
tahun 395 dan pembagian permanen Kekaisaran Romawi antara kedua putranya,
Konstantinopel menjadi ibu kota Kekaisaran Bizantium, yang akan memerintah
sebagian besar wilayah Turki sampai Akhir Abad Pertengahan.
Dinasti Seljuk dan
Kesultanan Utsmaniyah
Dinasti
Seljuk adalah cabang dari Kinik Oğuz Turki yang tinggal di Khagan Yabghu
wilayah persekutuan Oğuz, sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Aral, pada abad
ke-9.[26] Pada abad ke-10, bangsa Seljuk mulai bermigrasi dari tanah air
leluhur mereka ke Persia, yang menjadi awal dari Kesultanan Seljuk Raya.
Pada
paruh kedua abad ke-11, Seljuk mulai menembus ke wilayah timur Anatolia. Pada
1071, Seljuk Turk mengalahkan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert, sekaligus
dimulainya Turkifikasi di wilayah tersebut, bahasa Turki dan Islam
diperkenalkan ke Anatolia secara bertahap menyebar dan transisi yang lambat
dari Anatolia yang didominasi Kristen dan berbahasa Yunani menjadi didominasi
Muslim dan berbahasa Turki yang terus berlangsung.
Pada
tahun 1243, tentara Seljuk dikalahkan oleh bangsa Mongol, menyebabkan kekuatan
Dinasti Seljuk perlahan-lahan hancur. Salah satu beylik yang diperintah oleh
Osman I kelak selama 200 tahun ke depan akan mengembangkannya menjadi
Kesultanan Utsmaniyah, serta memperluas wilayah ke seluruh Anatolia, Balkan,
Levant dan Afrika Utara.[28] Pada tahun 1453, Kekaisaran Utsmaniyah menaklukkan
Kekaisaran Bizantium dengan menguasai ibu kotanya, Konstantinopel.
Pada
tahun 1514, Sultan Selim I (1512-1520) berhasil memperluas wilayah perbatasan
selatan dan timur dengan mengalahkan Shah Ismail I dari dinasti Safawiyah dalam
Pertempuran Chaldiran. Pada 1517, Selim I memperluas pemerintahan Ottoman ke
Aljazair dan Mesir, dan menciptakan angkatan laut di Laut Merah. Selanjutnya,
persaingan dimulai antara pihak Utsmaniyah dan kerajaan Portugis untuk menjadi
kekuatan laut yang dominan di Samudra Hindia, dengan berbagai pertempuran
angkatan laut di Laut Merah, Laut Arab dan Teluk Persia. Kehadiran Portugis di
Samudera Hindia itu dianggap sebagai ancaman bagi monopoli Utsmaniyah atas rute
perdagangan kuno antara Asia Timur dan Eropa Barat (dikenal dengan nama Jalan
Sutera). Monopoli ini semakin terganggu menyusul penemuan Tanjung Harapan oleh
penjelajah Portugis Bartolomeu Dias pada tahun 1488, yang berdampak cukup besar
terhadap perekonomian Utsmaniyah.
Kekuasaan
Kesultanan Utsmaniyah dan prestisi mencapai puncaknya pada abad ke-16 dan
ke-17, khususnya selama pemerintahan Suleiman I. Kesultanan ini sering
berseteru dengan Kekaisaran Romawi Suci. Di laut, Angkatan Laut Utsmaniyah
berseteru dengan beberapa Liga Kudus (saat itu terdiri dari Habsburg Spanyol,
Republik Genoa, Republik Venesia, Knights of St John, Negara-negara Kepausan,
Grand Duchy of Tuscany dan Kadipaten Savoy) untuk mengendalikannya dari Laut
Mediterania. Di timur, Utsmaniyah yang kadang-kadang berperang dengan pihak
Safawiyah Persia atas konflik yang timbul dari sengketa teritorial atau
perbedaan agama antara abad ke-16 dan abad ke-18.
Dimulai
pada awal abad ke-19 dan seterusnya, Kesultanan Utsmaniyah mulai melemah.
Seperti wilayah, kekuatan militer dan kekayaan yang menurun, bahkan banyak
Muslim Balkan yang bermigrasi ke jantung Kekaisaran di Anatolia, bersama dengan
bangsa Sirkassia yang melarikan diri dari penaklukan Rusia di Kaukasus.
Melemahnya Kesultanan Utsmaniyah menyebabkan meningkatnya sentimen nasionalis
di antara masyarakat yang menyebabkan peningkatan ketegangan etnis yang
kadang-kadang berubah menjadi kekerasan, seperti pembantaian etnis Hamid.
Kesultanan
Utsmaniyah memasuki Perang Dunia I di sisi Blok Sentral dan akhirnya kalah.
Selama perang, diperkirakan 1.500.000 warga Armenia dideportasi dan dibunuh saat
Genosida Armenia berlangsung. Pemerintah Turki menyangkal bahwa terdapat
Genosida Armenia dan mengklaim bahwa Armenia hanya dipindahkan dari zona perang
timur.[39] Pembantaian besar-besaran juga dilakukan terhadap kelompok minoritas
lainnya seperti bangsa Yunani dan bangsa Assyria.
Setelah
Gencatan Senjata Mudros pada tanggal 30 Oktober 1918, kemenangan Blok Sekutu berusaha
untuk membagi wilayah Utsmaniyah melalui Persetujuan Sèvres pada tahun
1920.[28]
Sejarah Republik
Turki dan Pembaruan Atatürk
Pendudukan
Konstantinopel dan Smyrna oleh Sekutu pada masa setelah Perang Dunia I
mendorong pembentukan Gerakan Nasional Turki. Di bawah kepemimpinan Mustafa
Kemal Pasha, seorang komandan militer yang telah membedakan dirinya selama
Pertempuran Gallipoli, Perang Kemerdekaan Turki dilancarkan dengan tujuan
mencabut ketentuan Persetujuan Sèvres.
Pada
18 September 1922, tentara pendudukan dikalahkan, dan rezim Turki yang berbasis
di Ankara, yang menyatakan diri sebagai pemerintah yang sah pada bulan April
1920, mulai meresmikan transisi hukum dari Utsmaniyah yang lama ke sistem
politik Republik yang baru. Pada tanggal 1 November, parlemen baru didirikan
dan secara resmi menghapuskan sistem Kesultanan, sehingga mengakhiri 623 tahun
pemerintahan Utsmaniyah. Perjanjian Lausanne tanggal 24 Juli 1923 mendapat
pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara "Republik Turki"
yang baru dibentuk sebagai negara penerus dari Kesultanan Utsmaniyah, dan
secara resmi dinyatakan pada tanggal 29 Oktober 1923 di Ankara, ibu kota Turki
yang baru.[43] Perjanjian Lausanne menetetapkan adanya pertukaran populasi
antara Yunani dan Turki, di mana 1,1 juta orang Yunani meninggalkan Turki
menuju Yunani dan 380.000 umat Muslim dipindahkan dari Yunani ke Turki.
Mustafa
Kemal menjadi Presiden pertama dan kemudian melakukan banyak reformasi radikal
dengan tujuan mengubah negara Utsmaniyah-Turki menjadi republik sekuler baru.
Dengan adanya UU Pemberian Julukan tahun 1934, Parlemen Turki memberikan gelar
Atatürk (Bapak Bangsa Turki) kepada Mustafa Kemal.
Turki
tetap netral selama Perang Dunia II, namun masuk pada saat akhir perang di
pihak Sekutu pada tanggal 23 Februari 1945. Pada tanggal 26 Juni 1945, Turki
menjadi anggota piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.[4] Setelah perang, Yunani
menghadapi kesulitan dalam mengatasi pemberontakan komunis, bersamaan dengan
tuntutan Uni Soviet untuk membangun pangkalan militer di Selat Turki. Hal itu
mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan Doktrin Truman pada tahun 1947,
untuk menjamin keamanan Turki dan Yunani. Yunani dan Turki tergabung dalam
Rencana Marshall dan OEEC untuk membangun kembali ekonomi Eropa pada tahun
1948, dan kemudian menjadi anggota pendiri OECD pada tahun 1961.
Setelah
ikut serta dengan pasukan PBB dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan NATO
pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Soviet ke
Mediterania. Setelah satu dekade kekerasan antarkomunitas Siprus dan kudeta di
Siprus pada 15 Juli 1974 yang dilakukan organisasi paramiliter EOKA B, untuk
menggulingkan Presiden Makarios III dan menerapkan pro-Enosis (persatuan dengan
Yunani) dengan Nikos Sampson sebagai diktator, Turki menginvasi Siprus pada
tanggal 20 Juli 1974. Sembilan tahun kemudian, Republik Turki Siprus Utara,
yang hanya diakui oleh Turki, didirikan.
Periode
sistem satu partai berakhir pada tahun 1945. Hal ini diikuti oleh transisi
menjadi demokrasi multipartai selama beberapa dekade mendatang, yang terganggu
oleh kudeta militer pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997. Pada tahun 1984,
kelompok separatis Kurdi (PKK) memulai kampanye perlawanan terhadap pemerintah
Turki, yang sampai saat ini telah merenggut lebih dari 40.000 jiwa.[51] Namun,
proses perdamaian sedang berlangsung. Sejak liberalisasi ekonomi Turki selama
tahun 1980, negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
politik yang kuat. Pada tahun 2013, sejumlah protes terjadi di banyak provinsi
di Turki, yang dipicu oleh rencana untuk menghancurkan Taman Taksim Gezi.
Daftar provinsi Turki
Turki
dibagi menjadi 81 provinsi:
1.
Ankara
2.
Kırklareli
3.
Edirne
4.
Tekirdağ
5.
Çanakkale
6.
Balıkesir
7.
Bursa
8.
Yalova
9.
İstanbul
10.
Kocaeli
11.
Sakarya
12.
Düzce
13.
Zonguldak
14.
Bolu
15.
Bilecik
16.
Eskişehir
17.
Kütahya
18.
Manisa
19.
İzmir
20.
Aydın
21.
Muğla
22.
Denizli
23.
Burdur
24.
Uşak
25.
Afyon
26.
Isparta
27.
Antalya
28.
Konya
29.
Mersin
30.
Karaman
31.
Aksaray
32.
Kırşehir
33.
Kırıkkale
34.
Çankırı
35.
Karabük
36.
Bartın
37.
Kastamonu
38.
Sinop
39.
Çorum
40.
Yozgat
41.
Nevşehir
42.
Niğde
43.
Adana
44.
Hatay
45.
Osmaniye
46.
K.
Maraş
47.
Kayseri
48.
Sivas
49.
Tokat
50.
Amasya
51.
Samsun
52.
Ordu
53.
Giresun
54.
Erzincan
55.
Malatya
56.
Gaziantep
57.
Kilis
58.
Şanlıurfa
59.
Adıyaman
60.
Gümüşhane
61.
Trabzon
62.
Rize
63.
Bayburt
64.
Erzurum
65.
Artvin
66.
Ardahan
67.
Kars
68.
Ağrı
69.
Iğdır
70.
Tunceli
71.
Elâzığ
72.
Diyarbakır
73.
Mardin
74.
Batman
75.
Siirt
76.
Şırnak
77.
Bitlis
78.
Bingöl
79.
Muş
80.
Van
81.
Hakkâri
Politik Turki
Turki
adalah demokrasi perwakilan parlemen. Sejak didirikan sebagai sebuah republik
pada tahun 1923, Turki telah mengembangkan tradisi kuat sekularisme. Konstitusi
Turki mengatur kerangka hukum negara. Ini menetapkan prinsip-prinsip utama
pemerintah dan menetapkan Turki sebagai negara terpusat kesatuan. Presiden dari
Republik adalah kepala negara dan memiliki peran seremonial. Presiden dipilih
untuk masa jabatan lima tahun oleh pemilihan langsung dan Tayyip Erdoğan adalah
presiden pertama yang terpilih melalui pemungutan suara langsung.
Kekuasaan
eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan Dewan Menteri yang membentuk
pemerintah, sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen unikameral,
Majelis Agung Nasional Turki. Peradilan independen dari eksekutif dan
legislatif, dan Mahkamah Konstitusi dibebankan dengan memerintah pada
kesesuaian hukum dan keputusan dengan konstitusi. Dewan Negara adalah
pengadilan dari terakhir untuk kasus administrasi, dan Pengadilan Tinggi
Banding untuk kasus yang lain.
Perdana
menteri dipilih oleh parlemen melalui mosi percaya dalam pemerintahan dan yang
paling sering kepala dari partai yang memiliki kursi terbanyak di parlemen.
Perdana menteri sekarang adalah Binali Yıldırım, yang menggantikan Ahmet
Davutoğlu pada tanggal 24 Mei 2016.
Hak
pilih universal untuk kedua jenis kelamin telah diterapkan di seluruh Turki
sejak tahun 1933, dan setiap warga negara Turki yang telah berusia 18 tahun
memiliki hak untuk memilih. Ada 550 anggota parlemen yang dipilih untuk masa jabatan
empat tahun oleh sistem daftar-partai proporsional dari 85 daerah pemilihan.
Mahkamah Konstitusi dapat menghentikan pembiayaan publik partai politik yang
dianggap anti-sekuler atau separatis, atau melarang keberadaan mereka sama
sekali.[58][59] Electoral threshold adalah 10 persen suara.
Pendukung
reformasi Atatürk disebut Kemalis, yang dibedakan dari Islamis, mewakili dua
ekstrem pada kontinum keyakinan tentang peran yang tepat dari agama dalam
kehidupan publik.[61] Posisi Kemalis umumnya menggabungkan semacam demokrasi
dengan konstitusi laicist' dan gaya hidup sekuler kebarat-baratan, sementara
mendukung intervensi negara dalam ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik
lainnya. Sejak tahun 1980, kenaikan ketimpangan pendapatan dan perbedaan kelas
telah melahirkan populisme Islam, sebuah gerakan yang dalam teori mendukung
kewajiban untuk otoritas, solidaritas komunal dan keadilan sosial, meskipun apa
yang mengikuti dalam prakteknya sering diperdebatkan.
Geografi
Turki
adalah negara transbenua. Wilayah Turki yang termasuk Asia mencakup 97 persen
dari negara, wilayah ini terpisah dari Eropa Turki oleh Selat Bosporus, Laut
Marmara, dan Selat Dardanella. Wilayah Eropa Turki terdiri 3 persen negara.
Wilayah Turki memiliki panjang lebih dari 1.600 kilometer (990 mil) dan 800
kilometer (500 mil) luas, dengan bentuk persegi panjang kasar. Negara ini
terletak antara garis lintang 35 ° dan 43 ° U, dan bujur 25 ° dan 45 lahan ° T.
Turki, termasuk danau,Turki menempati lahan seluas 783.562 kilometer persegi
(302.535 mil persegi), areal seluas 755.688 kilometer persegi (291.773 mil
persegi) berada di Asia Barat Daya dan 23.764 kilometer persegi (9.175 mil persegi)
di Eropa. Turki adalah negara 37-terbesar di dunia dalam hal luas. Negara ini
dikelilingi oleh lautan di tiga sisi: Laut Aegea di sebelah barat, Laut Hitam
di utara dan Mediterania di selatan. Terdapat juga Laut Marmara di barat laut.
Bagian
Eropa dari Turki, Thrace Timur (wilayah paling timur semenanjung Balkan),
membentuk perbatasan Turki dengan Yunani dan Bulgaria. Bagian Asia dari negara
ini sebagian besar terdiri oleh semenanjung Anatolia, yang terdiri dari dataran
tinggi dengan dataran pantai sempit, antara Koroglu dan pegunungan Pontic di
utara dan Pegunungan Taurus di selatan. Turki timur, terletak di wilayah
dataran tinggi barat Armenia, memiliki lanskap berupa pegunungan dan merupakan
hulu berbagai sungai seperti sungai Efrat, Tigris dan Aras, terdapat pula
Gunung Ararat, titik tertinggi di Turki dengan ketinggian 5137 meter (16.854
kaki), dan Danau Van, danau terbesar di negara ini.
Batas Negara Republik
Turki
Republic of Turkey
.
Turki
adalah sebuah negara yang terletak di Benua Eropa ( Eurasia ) dengan batas
wilayah :
Sebelah
utara : Laut Hitam.
Sebelah
timur laut : Negara Georgia.
Sebelah
timur : Negara Armenia, Iran.
Sebelah
tenggara : Negara Irak.
Sebelah
selatan : Negara Suriah, Laut Tengah.
Sebelah
barat daya : Laut Tengah.
Sebelah
barat : Negara Yunani, Laut Tengah.
Sebelah
barat laut : Negara Bulgaria.
Referensi
: https://id.wikipedia.org/wiki/Turki, https://halokawan.com/batas-wilayah-negara-turki/