Partai Komunis Indonesia adalah organisasi
pergerakan sosialis yang mengadopsi nilai-nilai perjuangan komunisme dari
Rusia. Pada awalnya organisasi ini bernama Indische Social Demokratische
Vereeniging (ISDV), yang kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia pada
tahun 1924. Gerakan ini dipelopori oleh seorang Marxis Belanda Sneevliet yang
ingin menyebarkan ajaran-ajaran Marxis di Indonesia, khususnya tentang manifesto-komunisnya.
Konsep perjuangannya adalah mempertentangkan kelas
antara kaum pribumi sebagai buruh dan penjajah sebagai kapitalisme Barat.
Sneevliet adalah pendiri organisai Indische Social Demokratische Vereeniging
(ISDV) (Dekker, 1993). ISDV didirikan Sneevliet pada tahun 1914 di Semarang.
Perkumpulan ini merupakan perkumpulan campuran antara orang-orang Belanda
dengan orang-orang Indonesia yang mempunyai pandangan politik sama.
Sneevliet berusaha mempengaruhi tokoh-tokoh
terkemuka pada perkumpulan orang Indonesia untuk menerima ajaran Marxis.
Setelah itu tokoh-tokoh Marxis dalam ISDV menyusup ke tubuh organisasi Sarekat
Islam yang dianggap memiliki basis massa yang banyak dan bersedia menerima
pikiran-pikiran radikal perjuangan sosialis. Selain itu, anggota Sarekat Islam
yang radikal bisa masuk ISDV tanpa harus meninggalkan Sarekat Islam.
Komunisme cepat berkembang di kalangan rakyat
Indonesia yang terjajah. Kondisi buruknya kehidupan ekonomi pribumi dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh tokoh-tokoh komunis Indonesia. Tokoh-tokoh
komunis juga memanfaatkan kondisi buruknya hubungan antara gerakan politik dan
pemerintah Belanda. ISDV semakin kuat setelah pecahnya Revolusi Rusia pada
1917, berdirinya Uni Soviet, dan Communis International (Comintern) Maret 1919.
Komunis Indonesia makin radikal dan mendapat dukungan yang luas setelah pada
1922 melakukan pemogokkan-pemogokkan untuk menuntut kenaikan upah dari kaum
kapitalis.
Gerakan-gerakan ISDV yang radikal dalam menentang
kapitalisme Belanda mengakibatkan orang-orang ISDV diusir Belanda. Pimpinan
komunis di Indonesia diambil alih oleh orang Indonesia sendiri dan kemudian
mendirikan organisasi dengan nama Perserikatan Komunis Hindia pada Mei 1920.
Pada 1924 nama ini berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI dengan
cepat berkembang karena mendapat banyak dukungan dari kalangan rakyat jelata
yang terjajah.
PKI masuk Komintern pada 1920. Tokoh-tokoh PKI di
antaranya, Semaun, Alimin, Tan Malaka, dan Darsono (Dekker, 1993). PKI dalam
melaksanakan kegiatannya bersifat praktis dan radikal, organisasi ini dengan
tegas menyatakan ingin melakukan gerakan revolusi untuk menggulingkan
pemerintahan kolonial Belanda. Tokoh-tokohnya dengan cerdik mampu memanfaatkan
militansi Islam yang juga berkeinginan untuk melawan pemerintah kolonial
Belanda. Oleh karena itu, banyak tokoh Islam yang direkrut untuk menyebarkan
propaganda PKI yang anti kapitalisme Belanda.