Sarekat Islam (SI) pada awalnya bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI), yaitu perkumpulan bagi pedagang Islam yang didirikan tahun
1911 di Solo, oleh H. Samanhudi. Organisasi ini mempunyai tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji Islam, serta agar para pedagang Islam
dapat bersaing dengan pedagang Barat maupun Timur Asing. Sarekat Dagang Islam
mengalami perkembangan cukup pesat, hal ini terjadi karena:
1. Pedagang keturunan
Tionghoa melakukan monopoli bahan-bahan batik, ditambah pula dengan tingkah
laku mereka yang tidak mengenakkan pada pedagang pribumi;
2. Penyebaran agama
Kristen yang merupakan tantangan bagi para penganut Islam;
3. Adat lama yang
bertentangan dengan ajaran Islam yang terus dipertahankan di daerah Jawa, makin
lama makin dirasakan sebagai penghinaan terhadap umat Islam.
Faktor lain yang mempengaruhi pesatnya pertumbuhan
perkumpulan pedagang Islam tumbuh pesat terutama setelah Tjokroaminoto masuk
dan kemudian menjadi pemimpin Sarekat Dagang Islam. SDI berganti namanya
menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912. SI mempunyai tujuan mengembangkan
perekonomian guna mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan,
persatuan, dan tolong menolong di antara kaum muslimin. Keanggotaannya terbuka
untuk setiap lapisan masyarakat yang beragama Islam.
Pada Juni 1916, mengembangkan sebuah cita-cita
terbentuknya satu bangsa bagi penduduk Indonesia. Pada kongres 1917, SI mulai
dimanfaatkan oleh kekuatan lain untuk kepentingan politik tertentu dan disusupi
aliran revolusioner sosialis dengan tokohnya Semaun yang menduduki ketua SI
cabang Semarang. Dengan masuknya Semaun, tujuan SI kemudian berubah menjadi
membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme
yang jahat.
Dalam kongres diputuskan tentang keikutsertaan SI
dalam Volksraad. Masuknya kaum sosialis-komunis di dalam tubuh SI, hingga
memberikan pengaruh terhadap tujuan SI dan ditambah dengan pernyataan bahwa
menjadi penjajahan dalam lapangan kebangsaan dan perekonomian itu adalah buah
dari kapitalisme dan kapitalisme hanya bisa dikalahkan oleh per satuan kaum
buruh dan petani. Pada tahun 1921, SI menetapkan bahwa seseorang harus memilih
antara SI atau organisasi lain.
Pilihan ini sebenarnya bertujuan untuk membersihkan
barisan SI dari unsur-unsur komunis. Dengan keputusan tersebut, seseorang tidak
mungkin menjadi anggota SI sekaligus menjadi anggota PKI. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya perpecahan di tubuh SI, dan berganti nama SI Merah dan
SI Putih. SI Merah yang dipimpin oleh Semaun berpusat di Semarang dan
berazaskan komunis. Adapun SI Putih dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang
berlandaskan Islam. Perkembangan selanjutnya SI berubah menjadi Partai Sarekat
Islam (PSI), sedangkan SI Merah menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian menjadi
organisasi yang berada di bawah naungan PKI.