Kedatangan
bangsa Eropa di Indonesia ternyata telah melakukan monopoli perdagangan dan
perluasan pengaruh politik. Kenyataan pahit itu menimbulkan berbagai perlawanan
di daerah-daerah untuk mengusir mereka. Perlawanan atau reaksi itu, antara
lain:
Pecahnya
perlawanan rakyat dilatarbelakangi beberapa hal, antara lain:
a.
Kedatangan Belanda kembali ke Maluku
membuat rakyat Maluku gelisah. Rakyat Maluku membayangkan kejadian pada masa
kekuasaan VOC, seperti mengadakan monopoli perdagangan, pelayaran hongi,
ekstirpasi, kerja rodi (menebang kayu di hutan, membuat garam, dan membuka
perkebunan pala), dan penyerahan wajib (menyerahkan ikan asin, dendeng, dan
kopi).
b.
Pemerintah kolonial menurunkan tarif
hasil bumi yang wajib diserahkan sementara dalam pembayarannya tertunda-tunda.
c.
Pemerintah kolonial memberlakukan uang
kertas, sedangkan rakyat terbiasa dengan uang logam.
d.
Pemerintah kolonial menggerakkan
pemuda Maluku agar bersedia menjadi prajurit Belanda.
Perlawanan
rakyat Maluku dipimpin oleh Thomas Matulesy (Kapitan Pattimura), Christina
Marthatiahahu, Anthonie Reebok, Lucas Latumahina, Thomas Pattiwael, Daniel
Sorbach, Raja Tiow, Ulupana, Said Parintah, dan Nicolas Pattinasesany.
Kronologi
terjadinya perlawanan rakyat Maluku, adalah sebagai berikut:
a.
Rakyat Maluku di bawah pimpinan oleh
Thomas Matulesy Pattimura, mengajukan keluhan kepada Residen van den Berg.
Keluhan mimpin perlawan-tersebut mengenai tindakan semena-mena pemerintah
kolonial an rakyat Maluku yang menyengsarakan rakyat.
b.
Ternyata keluhan tidak diperhatikan
pemerintah Belanda. Akibatnya rakyat Maluku menyerbu dan merebut benteng Duurstede
di Saparua (16 Mei 1817). Peristiwa itu menyebabkan Residen van den Berg, dan
para perwira lainnya terbunuh.
c.
Setelah peristiwa tersebut, Belanda
mengirimkan bala bantuan dari Ambon yang bersenjatakan lengkap di bawah
pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi berangkat tanggal 17 Mei 1817 dan tiba di
Saparua tanggal 20 Mei 1817. Kedatangan bantuan tersebut, menyulut pertempuran
dengan pasukan Pattimura. Pasukan Belanda dapat dikalahkan, bahkan Mayor
Beetjes mati tertembak.
d.
Kemenangan pasukan Pattimura di
Saparua, memberi semangat bagi daerah-daerah Maluku lainnya, seperti Seram,
Ambon, Hitu, dan Haruju untuk melawan Belanda.
e.
Pada awal Juli 1817, Belanda
mendatangkan pasukan lagi ke Saparua untuk merebut benteng Duurstede, tetapi
tidak berhasil. Bahkan Belanda sempat mendatangkan pasukan lagi ke Saparua
beberapa kali.
Akhir
perlawanan rakyat Maluku sebagai berikut:
a.
Tanggal 15 Oktober 1817, Belanda mulai
mengadakan serangan besar-besaran. Belanda mendatangkan bantuan pasukan dari
Ambon, dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer. Pasukan Belanda menangkap satu
per satu pemimpin perlawanan rakyat Maluku.
b.
Bulan November 1817, Thomas Matulessy
tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817, pukul 07.00 pagi di halaman muka
gedung pengadilan di Ambon, Thomas Matulessy dihukum gantung. Thomas Matulessy
berkata kepada rakyat “Pattimura tua boleh mati, tetapi akan muncul Pattimura-Pattimura
muda.”
c.
Tertangkapnya Pattimura, berakibat
banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda. Para pemimpin perlawanan rakyat
banyak juga yang tertangkap. Inilah penyebab perjuangan rakyat Maluku melemah
dan akhirnya dapat dikuasai Belanda.