Bhutan
adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal
dengan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik
Rakyat Tiongkok. Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara
Naga". Gambar naga pun didapati di benderanya dan lambang negaranya.
Pemerintahan
yang dijalankan dengan kekuasaan monarki absolut berakhir ketika konstitusi
baru dan pemilihan perdana menteri dilaksanakan. Raja Jigme Singye Wangchuck
yang memimpin sejak tahun 1972 mengumumkan menggelar pemilu tahun 2008,
sekaligus turun tahta. Pengumuman disampaikan di hadapan 8.000 penggembala
hewan yak, biksu, petani, dan siswa pedesaan pada 18 Desember 2005. Pengumuman
disebarkan melalui harian Kuensel. Sebelumnya, raja memperkenalkan rancangan
konstitusi dan menyatakan pensiun pada usia 65 tahun. Atas ide ini, sebagian
rakyat tidak sependapat karena khawatir terjadinya praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), namun pada tahun 2006 sang raja mengundurkan diri dan
digantikan oleh puterandanya.
Nama
'Bhutan'
mungkin diturunkan dari kata Sanskerta 'Bhu-Uttan भू-उत्थान' yang berarti 'Tanah
Tinggi'. Dalam teori lain Sanskertanisasi, 'Bhots-ant भोट-अन्त' berarti 'ujung
Tibet' atau 'selatan Tibet'. Namun beberapa orang Bhutan menyebut negeri mereka
'Druk Yul' dan penduduknya 'Drukpa'. Nama Dzongkha (dan Tibet) untuk negeri ini
ialah 'Druk Yul' (Tanah Naga Guntur). Karena tenang dan perawannya negeri dan
pemandangannya ini, kini Bhutan kadang-kadang disebut Shangri-La terakhir.
Secara
historis, Bhutan dikenal dengan banyak nama, seperti 'Lho Mon' (Negeri
Kegelapan dari Selatan), 'Lho Tsendenjong' (Negeri Cendana dari Selatan),
'Lhomen Khazhi' (Negeri Empat Tujuan dari Selatan), dan 'Lho Men Jong' (Negeri
Obat Tumbuhan dari Selatan).
Sejarah Bhutan
Peralatan,
senjata, dan sisa dari batu membuktikan bahwa Bhutan telah dihuni sejak awal
2000 SM. Para sejarawan telah berteori bahwa negara Lhomon (harfiah,
"kegelapan dari selatan"), atau Monyul ("Tanah Gelap",
Referensi pada Monpa, penduduk asli Bhutan) sudah ada antara 500 SM dan 600 M.
Nama Lhomon Tsendenjong (Negeri Cendana), dan Lhomon Khashi, atau Mon Selatan
(negeri 4 tujuan) telah ditemukan dalam kronik Bhutan dan Tibet kuno.
Peristiwa
tertulis paling awal di Bhutan adalah lewatnya tokoh suci Buddha Padmasambhava
(juga disebut Guru Rinpoche) pada abad ke-8. Sejarah awal Bhutan tidak jelas,
karena sebagian besar catatan telah musnah setelah kebakaran di Punakha,
ibukota kuno pada 1827. Dari abad ke-10, perkembangan politik Bhutan amat
dipengaruhi oleh sejarah religiusnya. Berbagai anak sekte Buddha muncul yang
dilindungi oleh berbagai maharaja Mongol dan Tibet. Setelah runtuhnya bangsa
Mongol pada abad ke-14, anak-anak sekte itu bersaing satu sama lain demi
supremasi dalam bentang politik dan agama, akhirnya menimbulkan naiknya anak
sekte Drukpa di akhir abad ke-16.
Hingga
abad ke-17, Bhutan ada sebagai fiefdom yang saling berperang hingga
dipersatukan oleh lama Tibet dan pemimpin militer Shabdrung Ngawang Namgyal.
Untuk mempertahankan negerinya dari penggarongan yang sebentar-sebentar
dilakukan bangsa Tibet, Namgyal membangun sebuah jaringan dzong (benteng) tak
terkalahkan, dan mengumumkan kode hukum yang membantu membawa raja-raja
setempat di bawah kendali terpusat. Banyak dari dzong itu yang masih ada.
Setelah kematian Namgyal pada 1651, Bhutan jatuh dalam suasana anarkis.
Mengambil keuntungan dari kekacauan itu, orang Tibet menyerang Bhutan pada
1710, dan kembali pada 1730 dengan bantuan orang Mongol. Kedua serang itu
berhasil digagalkan, dan gencatan senjata ditandatangani pada 1759.
Peta Bhutan
Pada
abad ke-18, Bhutan menyerang dan menduduki Kerajaan Cooch Behar di selatan.
Pada 1772, Cooch Behar meminta British East India Company yang membantu mereka
dalam mengusir orang Bhutan, dan kemudian dalam menyerang Bhutan sendiri pada
1774. Sebuah perjanjian damai ditandatangani di mana Bhutan setuju mundur dari
perbatasannya sebelum 1730. Namun, perdamaian itu renggang, dan pertempuran
perbatasan dengan Inggris berlangsung hingga ratusan tahun berikutnya. Akhirnya
pertempuran itu menimbulkan Perang Duar (1864–1865), konfrontasi atas mereka
yang akan mengendalikan orang Duar dari Benggala. Setelah Bhutan kalah perang,
Perjanjian Sinchula ditandatangani antara India Britania dan Bhutan. Sebagai
bagian pemulihan perang, bangsa Duar diserahkan kepada Kerajaan Bersatu
Britania Raya dan Irlandia dalam pertukaran sewa Rs. 50,000. Perjanjian itu
mengakhiri semua permusuhan antara India Britania dan Bhutan.
Selama
1870-an, perjuangan kekuatan antara lembah saingan Paro dan Trongsa menimbulkan
perang saudara di Bhutan, akhirnya menimbulkan naik tahtanya Ugyen Wangchuck,
ponlop (gubernur) Tongsa. Dari basis kekuataanya di Bhutan tengah, Ugyen
Wangchuck mengalahkan para musuh politiknya dan mempersatukan negeri ini menyusul
beberapa perang saudara dan pemberontakan antara 1882–1885.
Pada
1907, tahun penting di negri ini, Ugyen Wangchuck dipilih dengan suara bulat
sebagai raja pusaka negeri ini oleh majelis rahib Buddha, pejabat pemerintahan,
dan kepala keluarga penting yang menonjol. Pemerintah Britania menyetujui
dengan cepat monarki baru ini, dan pada 1910 Bhutan menandatangani perjanjian
yang membuat Britania Raya ‘memandu’ urusan luar negeri Bhutan.
Setelah
India mendapatkan kemerdekaan dari Britania Raya pada 15 Agustus 1947, Bhutan
menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan India.
Setelah
Britania meninggalkan kawasan ini, sebuah perjanjian yang mirip dengan yang
pada tahun 1910 diandatangani pada 8 Agustus 1949 dengan India yang baru
merdeka.
Dzong Trongsa
Setelah
Pasukan Pembebasan Rakyat RRT memasuki Tibet pada 1951, Bhutan menyekat
perbatasan utaranya dan mengembangkan hubungan bilateral dengan India. Untuk
mengurangi risiko gangguan RRT, Bhutan memulai program modernisasi yang
didukung sepenuhnya oleh India. Pada 1953, Raja Jigme Dorji Wangchuck
mendirikan badan pembuat UU di negeri itu– Majelis Nasional beranggotakan 130
orang– untuk meningkatkan bentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Pada 1965,
ia mendirikan Dewan Penasihat Kerajaan, dan pada 1968 ia membentuk kabinet.
Pada 1971, Bhutan memasuki PBB, setelah memegang kedudukan pengamat selama 3
tahun. Pada Juli 1972, Jigme Singye Wangchuck naik tahta pada usia 16 setelah
kematian ayahandanya Dorji Wangchuck.
Sejak
1988, para imigran Nepal begitupun imigran gelap telah mendakwa Bhutan
melanggar HAM. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Bhutan bertanggung jawab atas
kejahatan perang dan kejahatan terhadap penduduk minoritas penutur bahasa
Nepalnya. Dugaan itu tetap tak terbukti dan dengan suara keras disangkal pihak
Bhutan. Sebagian besar para pengungsi itu tinggal di kamp pengungsian yang
dibuat PBB di Nepal tenggara di mana mereka tetap di sana selama 15 tahun.
Pada
1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik signifikan,
memindakan sebagian besar kekuasaannya kepada PM dan mengizinkan panggilan
pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional. Di
akhir 2003, tentara Bhutan berhasil meluncurkan operasi skal besar untuk
meredam para pengacau anti-India yang menjalankan kamp pelatihan di Bhutan
selatan.
Pada
1999, sang Raja juga mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah
satu dari negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata
bahwa TV adalah langkah penting buat modernisasi Bhutan seperti sumbangan utama
pada Kebahagiaan Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara
yang mengukur kebahagiaan) namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa
menggerus nilai-nilai tradisional Bhutan.
Sebuah
konstitusi baru telah diperkenalkan pada awal 2005 yang akan diratifikasi oleh
referendum sebelum diterapkan. Pada Desember 2005, Raja Jigme Singye Wangchuck
mengumumkan bahwa ia akan turun tahta pada 2008. Sang Raja akan digantikan
puterandanya, putra mahkota Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Namun sebelum tahun
itu tiba (2006), ia telah turun tahta.
Geografi Bhutan
Kawasan
utara terdiri atas busur puncak pegunungan yang terglasialkan dengan iklim yang
amat dingin pada ketinggian tertinggi. Sebagian besar puncak di utara lebih
dari 23.000 kaki (7.000 m) dpl; titik tertinggi dinyatakan sebagai Kula Kangri,
pada 24.780 kaki (7.553 m), namun studi topografi terperinci menyatakan bahwa
keseluruhan Kula Kangri ada di Tibet dan pengukuran RRT modern menyatakan bahwa
Gangkhar Puensum, yang istimewa sebagai pegunungan tertinggi yang tak terdaki
di dunia, lebih tinggi dari 24.835 kaki (7.570 m). Dialiri oleh sungai
bersalju, lembah pegunungan tinggi di kawasan ini menyediakan padang rumput
untuk ternak, dipelihara oleh populasi penggembala migrator yang kurang.
Pegunungan
Hitam di Bhutan tengah membentuk badan air antara 2 sistem air utama: Mo Chhu
dan Drangme Chhu. Puncak-puncak di Pegunungan Hitam berkisar antara 4.900
hingga 8.900 kaki (1.500 dan 2.700 m)
dpl, dan sungai beraliran cepat telah membentuk jurang yang dalam di jajaran
pegunungan yang lebih rendah. Hutan di kawasan tengah menyediakan sebagian
besar produksi hutan di Bhutan. Torsa, Raidak, Sankosh, dan Manas ialah
sungai-sungai utama di Bhutan, mengalir melalui kawasan ini. Sebagian besar
penduduk tinggal di dataran tinggi tengah.
Di
selatan, Perbukitan Shiwalik ditutupi dengan hutan yang lebat dan selalu
berganti daun, lembah-lembah sungai dataran rendah aluvial, dan pegunungan
setinggi 4.900 kaki (1.500 m) dpl. Kaki bukit menurun ke dataran Duar yang
bersifat subtropis. Sebagian besar Duar terletak di India, meski garisnya
meluas 6–9 mil (10–15 km) ke Bhutan. Duar yang ada di Bhutan terbagi atas 2
bagian: Duar utara dan selatan. Duar utara, yang berbatasan dengan kaki bukit
Himalaya, memiliki dataran yang kasar dan miring serta tanah yang kering dan
keropos dengan vegetasi yang jarang dan margasatwa yang banyak. Duar selatan
memiliki tanah yang agak subur, rumput sabana yang lebat, hutan yang lebat dan
bercampur serta sumber air panas. Sungai pegunungan, yang didapat dari salju
membeku atau hujan monsun, mengalir ke sungai Brahmaputra di India. Data yang
diluncurkan oleh Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa negeri ini memiliki
hutan sekitar 64% per Oktober 2005.
Iklim
di Bhutan bervariasi menurut ketinggian, dari subtropis di selatan hingga
sedang di dataran tinggi dan iklim tipe kutub, dengan salju sepanjang tahun, di
utara. Bhutan mengalami 5 musim yang berbeda: panas, monsun, gugur, dingin, dan
semi. Hujan monsun di Bhutan barat lebih lebat; musim panas di Bhutan selatan
kering dan panas serta musim salju yang dingin; Bhutan tengah dan timur
beriklim sedang dan lebih kering daripada di barat dengan musim panas yang
hangat dan musim salju yang dingin.
Ekonomi Bhutan
Meski
menjadi salah satu yang terkecil di dunia, ekonomi Bhutan telah berkembang
pesat sekitar 8% pada 2005 dan 14% pada 2006. Per Maret 2006, pendapatan per
kapita Bhutan adalah US$1.321 yang membuatnya tertinggi di Asia Selatan.
Standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia
Selatan.
Ekonomi
Bhutan adalah salah satu yang terkecil dan kurang berkembang di dunia, yang
berbasis pertanian, kehutanan, dan penjualan PLTA ke India. Pertanian
menyediakan mata pencaharian buat lebih dari 80% penduduk. Praktik agraria
sebagian besar terdiri atas pertanian subsisten dan peternakan hewan. Kerajinan
tangan, khususnya menjahit dan produksi seni keagamaan untuk altar rumah
merupakan industri kecil milik rakyat dan sumber sekian pendapatan. Pemandangan
yang berbeda dari pegunungan berbukit yang kasar membuat pembangunan jalan dan
infrastruktur lainnya sulit dan mahal. Ini, dan tiadanya akses ke laut,
menyebabkan Bhutan tidak pernah bisa dapat untung dari perdagangan yang
signifikan dari produknya. Kini Bhutan currently tak memiliki jalur kereta api,
meski Indian Railways merencanakan menghubungan Bhutan selatan dengan
jaringannya yang luas di bawah persetujuan yang ditandatangani pada Januari
2005.[3] Jalur perdagangan masa lalu antara peguunungan Himalaya, yang
menghubungkan India ke Tibet, telah ditutup sejak pengambilalihan militer atas
Tibet pada 1959 (meski kegiatan penyelundupan tetap membawa barang-barang RRT
ke Bhutan).
Sektor
industri amat minim, produksinya termasuk jenis industri rakyat. Sebagian besar
proyek pembangunan, seperti konstruksi jalan, brsandar pada buruh kontrak
India. Produk pertanian antara lain beras, lombok, produk dari dairy (yak),
soba, gerst, panenan akar, apel, dan pohon jeruk di ketinggian rendah. Industri
lain seperti semen, produksi kayu, buah-buahan yang diproses, MiRas, dan
kalsium karbida.
Mata
uang Bhutan, ngultrum, ditautkan ke Rupee India. Rupee juga diterima sebagai
penawaran resmi di negeri itu. Pendapatan lebih dari Nu 100,000 per tahun
dikenakan pajak, namun penerima upah dan gaji yang amat sedikit memenuhi
syarat. Tingkat inflasi Bhutan diperkirakan sekitar 3% pada 2003. Bhutan
memiliki Produk Domestik Bruto sekitar USD 2.913 miliar (diatur ke keseimbangan
daya beli), menjadikan ekonominya terbesar ke-162 di dunia. Pendapatan per
kapita sekitar US$1.400 (€1.170), urutan ke-124. Jumlah penerimaan pemerintah
€122 miliar (US$146 miliar), meski jumlah ekspenditur €127 miliar (US$152
miliar). Namun, 60%Templat:Inote ekspeditur anggaran belanja, dibiayai oleh
Kementerian Luar Negeri India.[4] Ekspor Bhutan, khususnya listrik, kapulaga,
gips, kayu, kerajinan tangan, semen, buah, batu mulia dan rempah-rempah, total
€128 miliar (US$154 miliar) (perkiraan tahun 2000). Namun, impor berjumlah
sekitar €164 miliar (US$196 miliar), menimbulkan defisit perdagangan. Barang
utama yang diimpor termasuk bahan bakar dan minyak pelumas, gabah, mesin,
kendaraan, pabrik, dan nasi. Mitra ekspor utama Bhutan adalah India, terhitung
sekitar 87,9% barang ekspornya. Bangladesh (4,6%) dan Philipina (2%) ialah
mitra ekspor terpentingnya setelah India. Karena perbatasannya dengan Tibet
ditutup, perdagangan antara Bhutan dan RRT hampir tiada. Mitra impor Bhutan
adalah India (71,3%), Jepang (7,8%) dan Austria (3%).
Dalam
menanggapai tudingan pada 1987 oleh seorang wartawan dari Financial Times
(Britania Raya) bahwa perkembangan di Bhutan lambat, sang Raja berkata bahwa
"Kebahagiaan Nasional Bruto lebih penting daripada Produk Domestik
Bruto." [5] Pernyataan ini memberi pertanda penemuan terkini oleh para
psikolog ekonomi Barat, termasuk penerima Nobel 2002 Daniel Kahneman, yang
mempertanyakan hubungan antara tingkat pendapatan dan kebahagiaan. Itu menandai
komitmennya untuk membangun ekonomi yang cocok buat budaya Bhutan yang unik,
berdasarkan pada nilai-nilai spiritual agama Buddha, dan telah berlaku sebagai
visi persatuan untuk ekonomi. Di samping itu, nampaknya kebijakan itu mendapat
hasil yang diharapkan seperti dalam survei terkini yang diatur oleh Universitas
Leicester di Britania Raya, Bhutan diurutkan sebagai tempat paling bahagia ke-8
di bumi.
Pemerintahan dan
politik Bhutan
Biara
Takstang. Buddha adalah agama negara dan berperan penting dalam politik bangsa.
Sepanjang dasawarsa terakhir, politik Bhutan terjadi dalam kerangka monarki
absolut yang berkembang menjadi monarki konstitusional. Pada 1999, raja ke-4
Bhutan menciptakan badan 10 anggota yang disebut Lhengye Zhungtshog (Dewan
Menteri). Raja Bhutan adalah kepala negara. Kekuasaan eksekutif dilaksanakan
oleh Lhengye Zhungtshog, dewan menteri. Kekuasaan legislatif dipegang oleh
pemerintah dan Majelis Nasional.
Pada
tahun 2008, Bhutan menciptakan sejarah dengan memperkenalkan demokrasi
parlementer, sehingga kerja-kerja berubah dan partai politik kini resmi. Dalam
sistem baru ini terdapat parlemen yang terdiri dari majelis tinggi dan majelis
rendah — anggota majelis rendah terafiliasi dengan partai-partai politik.
Pemilihan anggota majelis tinggi dilaksanakan untuk pertama kalinya pada
Desember 2007 sementara pemilihan anggota majelis rendah dilaksanakan pada
Maret 2008. Partai Perdamaian dan Kesejahteraan Bhutan memenangi pemilihan
majelis rendah dengan meraih 44 dari 47 kursi.
Kekuasaan
peradilan dilaksanakan di semua pengadilan Bhutan. Jaksa Agung ialah kepala
administratif peradilan.
Distrik di Bhutan
Untuk
tujuan administratif, Bhutan terbagi atas 4 dzongdey (zona administratif). Tiap
dzongdey dibagi lagi menjadi dzongkhag (distrik). Ada 20 dzongkhag di Bhutan.
Dzongkhag yang besar dibagi lagi menjadi kecamatan yang dikenal sebagai
dungkhag. Di tingkat dasar, sekelompok desa membentuk konstituante yang disebut
gewog dan diatur oleh gup, yang dipilih rakyat.
1.
Bumthang
2.
Chukha
(ejaan lama: Chhukha)
3.
Dagana
4.
Gasa
5.
Haa
6.
Luentse
7.
Mongar
8.
Paro
9.
Pemagatshel
(Pemagatsel)
10.
Punaka
11.
Samdrup
Jongkhar
12.
Samtse
(Samchi)
13.
Sarpang
14.
Thimphu
15.
Trashigang
(Tashigang)
16.
Trashiyangse
17.
Trongsa
(Tongsa)
18.
Tsirang
(Chirang)
19.
Wangdue
Phodrang (Wangdi Phodrang)
20.
Zhemang
(Shemgang)
Kota
1.
Jakar
- pusat administratif Distrik Bumthang dan basis di mana agama Buddha masuk
Bhutan.
2.
Mongar
3.
Paro
- tempat bandara internasional
4.
Punakha
- Ibukota lama
5.
Phuentsholing
- pusat perdagangan Bhutan.
6.
Samdrup
Jongkhar
7.
Thimphu
- kota terbesar dan ibukota Bhutan
8.
Trashigang
9.
Trongsa
Militer dan kebijakan
asing / Hubungan luar negeri Bhutan
Tentara
Kerajaan Bhutan adalah dinas militer Bhutan. Termasuk pengawal kerajaan dan
Polisi Kerajaan Bhutan. Keanggotaannya sukarela, dan usia minimum untuk
perekrutan adalah 18. Jumlah tentara yang ada sekitar 6.000 dan dilatih oleh
Tentara India.[6] Memiliki anggaran tahunan sekitar US$13,7 juta—1,8% PDB.
Meski
Persetujuan 1949 dengan India kadang-kadang masih disalahtafsirkan bahwa India
mengendalikan urusan luar negerinya, kini Bhutan memegang semua urusan luar
negerinya sendiri termasuk isu garis perbatasan dengan RRT yang sensitif (bagi
India). Templat:Inote Bhutan memiliki hubungan diplomatik dengan 22 negara,
termasuk Uni Eropa, dengan misi di India, Bangladesh, Thailand dan Kuwait.
Memiliki 2 misi PBB, 1 di New York dan 1 di Jenewa. Hanya India dan Bangladesh
yang mempunyai kantor kedutaan di Bhutan, sedangkan Thailand punya kantor
konsulat di Bhutan.
Dengan
perjanjian yang lama dibuat, warganegara India dan Bhutan bisa berjalan ke
kedua negara satu sama lain tanpa paspor atau visa dan sebagai gantinya
menggunakan kartu identitas nasionalnya. Warganegara Bhutan bisa bekerja di
India tanpa pembatasan resmi. Bhutan tak memiliki ikatan diplomasi resmi dengan
negara tetangga utaranya, RRT, meski pertukaran kunjungan pada berbagai tingkat
di antara kedua negeri itu telah bertambah pada tahun-tahun terkini.
Persetujuan bilateral pertama antara RRT dan Bhutan ditandatangani pada 1998,
dan Bhutan juga tela membangun konsulat di Makau dan Hong Kong. Perbatasan
Bhutan dengan RRT sebagian besar tak dibatasi dan dipertentangkan di beberapa
tempat.
Pada
13 November 2005, pasukan RRT menerobos Bhutan dengan dalih keadaan lingkungan
telah memaksa mereka mundur ke selatan dari Himalaya. Pemerintah Bhutan
mengizinkan penerobosan itu (atas kenyataan) alasan kemanusiaan. Segera setelah
itu, RRT mulai membangun jalan dan jembatan di wilayah Bhutan. MenLu Bhutan
Khandu Wangchuk membahas masalah itu dengan pemerintah RRT karena isu itu
merebak di parlemen Bhutan. Sebagai tanggapannya, JuBir Kementerian Luar Negeri
Qin Gang dari RRT telah berkata bahwa perbatasan itu tetap dalam persengketaan
(benar-benar mengabaikan dalih resmi yang asli atas penerobosan itu) dan bahwa
kedua belah pihak terus bekerja demi resolusi perdamaian atas pertentangan itu
[8]. Baik pemerintah RRT maupun India (India masih mengendalikan beberapa
urusan luar negeri Bhutan) tidak melaporkan proses apapun mengenai masalah ini
(kedamaian, keramahan atau apapun), dan hingga kini RRT terus membangun
prasarana dan menambah garnisun militernya di Bhutan. Seorang perwira intelijen
Bhutan telah berkata bahwa delegasi RRT di Bhutan memberi tau Bhutan bahwa
mereka "kelewat batas." Surat kabar Bhutan Kuensel telah berkata
bahwa RRT bisa menggunakan jalanan itu untuk melanjutkan klaimnya sepanjang
perbatasan itu.
Batas Wilayah Bhutan
Kerajaan
Bhutan terletak di Benua Asia Selatan dengan batas wilayah :
Sebelah
utara : Negara China.
Sebelah
timur laut : Negara China.
Sebelah
timur : Negara China.
Sebelah
tenggara : Negara India.
Sebelah
selatan : Negara India.
Sebelah
barat daya : Negara India.
Sebelah
barat : Negara India.
Sebelah
barat laut : Negara China.
Demografi Bhutan
Kelompok
etnis dominan ialah keturunan Tibet / Tibet-Burma; imigran etnis Nepal
membentuk mayoritas penduduk selatan negeri ini.
Penduduk
Bhutan, pernah diperkirakan beberapa juta, telah dikurangi oleh pemerintah
Bhutan hingga 750,000, setelah sebuah sensus di awal 1990-an. Sebuah sesnsus
lanjutan yang dilakukan pada Juni 2005 mengurangi jumlah penduduk lebih lanjut
dari 672.425 [3]. Pemerintah belum pernah meluncurkan rincian demografis jumlah
penduduk kini. Kebanyakan orang percaya bahwa penduduknya sengaja terbumbung
pada 1990-an karena persepsi lebih awal bahwa bangsa dengan berpenduduk kurang
dari sejuta takkan diakui oleh PBB. Karena itu jumlah penduduk PBB lebih tinggi
daripada jumlah yang disediakan oleh pemerintah. CIA World Factbook memberikan
jumlah penduduk 2.279.723 (dari Juli 2006) yang juga mencatat bahwa beberapa
perkiraan kurang dari 810.000.
Kepadatan
penduduk, 45 km persegi (117/mil. persegi), membuat Bhutan negeri paling jarang
pendudunya di Asia. Sekitar 20% penduduknya tinggal di wilayah perkotaan yang
terdiri atas kota-kota kecil sepanjang lembah tengah dan perbatasan selatan.
Persentase ini berkembang pesat karena langkah untuk migrasi perkotaan telah
diambil. Kota terbesar ialah Thimphu, ibukota, yang berpenduduk 50.000. Daerah
perkotaan lain berpenduduk padat adalah Paro dan Phuentsholing.
Di
antara orang Bhurtan, beberapa kelompok etnis penting diistimewakan. Kelompok
dominan adalah Ngalop, sekelompok penganut Buddha yang tinggal di bagian barat
negeri ini. Budaya mereka berkaitan erat dengan budaya Tibet. Begitupun
Sharchop ("Orang Timur"), yang dikaitkan dengan bagian timur Bhutan
(namun secara tradisional mengikuti Nyingmapa daripada bentuk Drukpa Kagyu yang
resmi dari Agama Buddha Tibet). Kedua kelompok itu disebut orang Bhutan. 15%
sisanya adalh etnis Nepal, sebagian besar Hindu.
Bahasa
nasional adalah Dzongkha, salah satu dari 53 bahasa dalam keluarga bahasa
Tibet. Tulisannya, disebut Chhokey ("Bahasa Dharma"), identik dengan
tulisan Tibet. Pemerintah mengelompokkan 19 bahasa-bahasa terkait di sana
sebagai dialek bahasa Dzongkha. Lepcha diucapkan di barat Bhutan; Tshangla,
kerabat dekat Dzongkha, diucapkan meluas di bagian timur. Khengkha diucapkan di
tengah Bhutan. bahasa Nepal diucapkan meluas di selatan. Di sekolah bahasa
Inggris ialah media instruksi dan Dzongkha diajarkan sebagai bahasa resmi.
Ethnologue mendaftarkan 24 bahasa yang kini diucapkan di Bhutan, semuanya dari
keluarga Tibet-Burma, kecuali Nepal, sebuah bahasa Indo-Arya. Bahasa-bahasa di
Bhutan tetap tak terciri dengan baik, dan beberapa buah belum tercatat dalam
tatabahasa akademis. Bahasa Inggris juga punya kedudukan resmi kini.
Tingkat
melek huruf hanya 42,2% (56,2% pria dan 28,1% wanita). Orang berusia 14 dan
yang lebih muda menyusun 39,1%, sedangkan orang berusia 15 dan 59 menyusun
56,9%, dan yang di atas 60 hanya 4%. Negeri ini memiliki usia rata-rata 20,4
tahun. Bhutan memiliki harapan hidup 62,2 tahun (61 untuk pria dan wanita 64,5)
menurut data terakhir dari Bank Dunia. Ada 1.070 pria dari setiap 1.000 wanita
di negeri ini.
Budaya Bhutan
Saat
warganya dipandang bebas bepergian keluar negeri, Bhutan sering tak terjangkau
orang asing. Kesalahan gambaran meluas bahwa Bhutan telah membatasi visa turis,
tarif yang tinggi, dan permintaan pergi dengan tur paket nampaknya menciptakan
kesan ini.
Pakaian
tradisional buat lelaki Ngalong and Sharchop adalah gho, jubah sepanjang lutut
yang diikatkan di pinggang dengan sabuk pakaian yang dikenal sebagai kera.
Wanita mengenakan gaun sepanjang pergelangan kaki, kira, yang dijepit di bahu
dan diikatkan di pinggang. Kira dipadukan dengan blus lengan panjang, toego,
yang dikenakan di bawah lapisan luar. Kedudukan dan kelas sosial menentukan
tekstur, warna, dan dekorasi yang menghiasi pakaian. Selendang dan syal juga
penanda kedudukan sosial, karena secara tradisional Bhutan adalah masyarakat
feodal. Anting-anting dikenakan oleh wanita. Yang menjadi perdebatan, kini
hukum Bhutan mengizinkan pakaian ini buat semua warganya.
Nasi,
dan lebih banyak lagi jagung, adalah makanan pokok negeri itu. Makanan di
perbukitan kaya akan protein karena konsumsi daging, khususnya unggas, yak and
daging sapi. Sup daging, nasi, dan sayuran yang dikeringkan yang dibumbui
dengan cabai dan keju adalah makanan favorit selama musim dingin. Makanan susu,
khususnya mentega dan keju dari yak dan sapi, juga terkenal, dan memang hampir
semua susu diubah menjadi mentega dan keju. Minuman terkenal termasuk teh
mentega, teh, anggur nasi yang dimasak dan bir. Bhutan adalah satu-satunya
negara di dunia yang telah melarang rokoq dan penjualan tembakau.
Memanah
ialah olahraga nasional Bhutan dan perlombaan dilaksanakan secara teratur. Olaraga
nasional Bhutan adalah memanah, dan kompetisi diadakan secara teratur di
sebagian desa, yang berbeda dengan standar Olimpiade yang tak hanya dalam
rincian teknis seperti penempatan sasaran dan suasana. Ada 2 sasaran yang
ditempatkan lebih dari 100 meter jauhnya dan tem menembak dari satu ujung ke
ujung lain. Setiap anggota tim menembak 2 panah per putaran. Olahraga memanah
tradisional Bhutan adalah peristiwa sosial dan kompetisi diatur antara desa,
kota, dan tim amatir. Biasanya banyak makanan dan minuman lengkap dengan
cheerleader menyanyi dan menari yang terdiri atas para pendukung tim yang ikut
serta dengan istri-istrinya. Percobaan untuk mengganggu lawan termasuk berdiri
di sekitar sasaran dan melucui kemampuan penembak. Anak panah (khuru) adalah
olahraga tim yang sama populer, di mana anak panah dari kayu yang berat yang
ditunjuk dengan paku 10 cm dilemparkan ke sasaran seukuran kertas 10–12 m
jauhnya.
Olahraga
tradisional lainnya adalah digor, yang bisa dikatakan sebagai lempar peluru
yang digabungkan dengan pelemparan ladam. Sepak bola adalah olahraga yang lagi
populer. Pada 2002, tim nas ionalBhutan bermain dengan Montserrat - diumumkan
sebagai 'Final Lainnya', pertandingan terjadi saat Brasil melawan Jerman dalam
Final Piala Dunia, namun saat itu Bhutan dan Montserrat adalah 2 tim
berperingkat rendah dunia. Pertandingan itu diselenggarakan di Stadion Nasional
Changlimithang Timphu, dan Bhutan menang 4-0. Sebuah dokumenter pertandingan
dibuat oleh pembuat film Belanda Johan Kramer. Rigsar adalah gaya musik populer
yang kini marak, dimainkan dengan campuran instrumen tradisional dan papan tuts
elektronik yang berasal dari awal 1990-an; menunjukkan pengaruh musik pop
India, bentuk campuran pengaruh pop tradisional dan Barat. Jenis tradisional
termasuk zhungdra dan boedra.
Karakteristik
kawasan ini adalah jenis benteng yang dikenal sebagai arsitektur dzong. Chaam
atau tari topeng ialah tarian mistik yang dipertunjukkan selama festival
Buddha. Bhutan memiliki sejumlah hari libur umum, sebagian berpusar pada
festival musiman, sekuler, dan keagamaan, yang termasuk Dongzhi (sekitar 1
Januari, menurut sistem penanggalan berdasarkan peredaran Bulan), Tahun Baru
menurut peredaran Bulan (Februari atau Maret), hari UlTah Raja dan perayaan
penobatannya, permulaan musim monsun resmi (22 September), Hari Nasional (17
Desember), dan sejumlah perayaan Buddha dan Hindu. malahan hari libur sekuler
memiliki nada tambahan keagamaan, termasuk tari keagamaan dan doa keselamatan
hari.
Tari
topeng dan sendratari adalah segi tradisional umum pada festival, biasanya
disertai dengan musik tradisional. Tarian yang penuh semangat, mengenakan
topeng kayu berwarna dan kostum luwes, menampilkan pahlawan, setan, kepala
mati, hewan, dewa, dan karikatur orang awam. Para penari menikmati perlindungan
kerajaan, dan melestarikan adat rakyat dan keagamaan kuno dan mengabadikan
pengetahuan dan seni kuno pembuatan topeng.
Bhutan
hanya memiliki 1 surat kabar pemerintahan (Kuensel) dan 2 surat kabar swasta
yang kini diluncurkan, 1 televisi milik pemerintah dan beberapa stasiun radio
FM.
Referensi
: https://id.wikipedia.org/wiki/Bhutan, https://halokawan.com/batas-wilayah-negara-tetangga-bhutan/