Menurut
Soekanto (1990), suatu interaksi sosial terjadi apabila:
1) adanya kontak
sosial (social-contact); dan
2) adanya
komunikasi.
Kontak sosial
secara harfiah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru
terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak
perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan
dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara
dengan pihak lain tersebut. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk,
yaitu;
1) antara
orang-perorangan,
2) antara
orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, dan
3) antara suatu
kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Kontak sosial
antara orang-perorangan adalah apabila seorang anak kecil yang sedang
mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi
melalui sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses di mana anggota
masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana
dia menjadi anggota.
Kontak sosial
antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya adalah
apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan
norma-norma masyarakat atau apabila suatu organisasi sosial politik memaksa anggota-anggotanya
untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
Kontak sosial
antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya adalah bilamana
dua kelompok atau lebih mengadakan kerjasama untuk kepentingan bersama, seperti
dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang
ketiga di dalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan
mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya di
suatu wilayah yang baru dibuka.
Kontak sosial
dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial yang bersifat positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi
sosial. Apabila seorang pedagang sayur, misalnya, menawarkan dagangannya kepada
seorang nyonya rumah serta diterima dengan baik sehingga memungkinkan
terjadinya jual-beli, kontak tersebut bersifat positif.
Hal itu mungkin
terjadi karena pedagang tersebut bersikap sopan dan dagangannya adalah
sayur-mayur yang masih segar. Lain halnya apabila nyonya rumah tampak
bersungut-sungut sewaktu ditawari sayuran, kemungkinan besar tak akan terjadi
jual-beli. Dalam hal yang terakhir ini terjadi kontak negatif yang dapat
menyebabkan tidak berlangsungnya suatu interaksi sosial.
Suatu kontak
dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan, berhadapan muka, seperti misalnya
apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya.
Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. Misalnya A berkata
kepada B bahwa C mengagumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah
satu sandiwara.
A sama sekali
tidak bertemu dengan C, tetapi telah terjadi kontak antara mereka karena
masing-masing memberi tanggapan, walaupun dengan perantaraan B. Suatu kontak
sekunder dapat dilakukan secara langsung. Pada yang pertama, pihak ketiga
bersikap pasif, sedangkan yang terakhir pihak ketiga sebagai perantara
mempunyai peranan yang aktif dalam kontak tersebut. Hubungan-hubungan yang
sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat misalnya telepon, telegraf,
radio, dan seterusnya.