Ciri utama dari makluk sosial adalah terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial atau biasa disebut dengan istilah proses sosial atau
interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Bilamana dua orang bertemu, maka dimulailah terjadi interaksi sosial,
diawali saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bertengkar atau
bahkan mungkin berkelahi (Soekanto, 1990).
Namun demikian, walaupun orang-orang yang bertemu
muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda,
interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak
lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat,
minyak wangi, warna pakaian, bentuk rambut, bentuk badan, suara kalau berjalan,
model baju yang dipakai, dan sebagainya. Peristiwa tersebut menimbulkan kesan
dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Interaksi sosial terjadi secara individu maupun
kelompok. Namun makna yang terjadi dalam interaksi antar kelompok tidaklah sama
secara pribadi. Misalnya dalam pertandingan sepakbola antar sekolah (sekolah A
dengan sekolah B), tidak semua pemain sepakbola tersebut bersaing/bermusuhan.
Karena ada diantara pemain sepakbola tersebut ternyata adalah bersaudara,
kakak-beradik, yang kebetulan sekolahnya berbeda. Mereka bukan musuh secara
pribadi, tetapi kelompoknya masing-masing (yaitu sekolah A dan sekolah B) yang
bermusuhan.
Contoh lain dari interaksi sosial adalah dalam hal
seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di
dalam kelas. Di dalam interaksi sosial tersebut, pada taraf pertama akan tampak
bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya interaksi sosial berlangsung
dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-memengaruhi antara kedua belah
pihak. Dengan demikian, interaksi sosial, hanya berlangsung apabila terjadi
reaksi dari kedua belah pihak.
Apabila seseorang memukul kursi misalnya, tidak akan
terjadi suatu interaksi sosial karena kursi tersebut tidak akan bereaksi, dan
mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Berlangsungnya suatu proses interaksi
didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti,
identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri
secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung (Soekanto, 1990).
Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin
pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif di mana misalnya, yang
ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat
melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi
suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan
imitasi, tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi
karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, yang menghambat daya berpikirnya
secara rasional.
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan
atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak
lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian
seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat
berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja
karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam
proses kehidupannya.
Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses
identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana seseorang yang beridentifikasi
benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga pandangan,
sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga
dan bahkan menjiwainya. Proses identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti
walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh
imitasi dan atau sugesti.
Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di
mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan
memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati
adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Inilah perbedaan utama dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk
belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus
dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan
tertentu yang patut dijadikan contoh.