Untuk memahami
istilah modern perlu mengikuti perkembangan historis yang terjadi di Eropa
sejak abad pertengahan yang merupakan zaman kegelapan (dark age), untuk
kemudian disusul dengan munculnya zaman kebangkitan kembali (renaissance), abad
pencerahan (aufklarung), hingga abad modern sekarang ini.
Paham dan pandang
tentang modern yang berkembang di Eropa pada dasarnya diawali pemutusan
hubungan dengan kekuasaan Gereja pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui,
bahwa pada abad pertengahan tersebut masyarakat Eropa beranggapan bahwa dunia
merupakan bagian dari kerajaan Tuhan.
Dengan demikian
segala sesuatu yang dipandang benar dan menjadi keputusan Gereja harus diterima
sebagai kebenaran mutlak. Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Gereja di
Eropa pada abad pertengahan bertentangan dengan prinsip prinsip rasionalitas.
Itulah sebabnya muncul gerakan intelektual yang menghendaki adanya kebebasan
dalam berpikir, berkesenian, dan sekaligus beragama. Gerakan intelektual tersebut
telah memunculkan paham rasionalisme yang merupakan tonggak dari kehidupan
modern di Eropa. Lalu apakah yang disebut modern itu?
Dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Antropologi, Harsojo mendefinisikan istilah modern sebagai
suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk mendahulukan sesuatu
yang baru dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat tradisi. Dampak dari
pandangan modern tersebut adalah adanya sikap yang revolusioner karena
munculnya keinginan untuk meninggalkan dan sekaligus mengganti adat istiadat
dan tradisi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai rasionalitas dan menggantinya
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Uraian di atas
mengantarkan pada pengertian bahwa masyarakat modern merupakan Dalam bukunya
yang berjudul Pengantar Antropologi, Harsojo mendefinisikan istilah modern
sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk mendahulukan
sesuatu yang baru dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat tradisi. Dampak
dari pandangan modern tersebut adalah adanya sikap yang revolusioner karena
munculnya keinginan untuk meninggalkan dan sekaligus mengganti adat istiadat
dan tradisi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai rasionalitas dan menggantinya
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Uraian di atas
mengantarkan pada pengertian bahwa masyarakat modern merupakan suatu masyarakat
yang lebih mengutamakan rasionalitas dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
perwujudannya dari pada segala sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat,
dan lain sebagainya.
Adapun beberapa
ciri dari masyarakat modern antara lain disebutkan oleh Selo Soemardjan sebagai
berikut:
1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas
kepentingan-kepentingan pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru
yang bersifat rahasia.
3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan
kejuruan.
5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata.
6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks.
7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang
didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain.
Untuk menciptakan
masyarakat modern dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan di atas, terlebih
dahulu harus dibentuk manusia-manusia yang berjiwa modern. Salah satu langkah
yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
melakukan penelitian (research).
Adapun ciri-ciri manusia modern ditunjukkan oleh sosiolog Soerjono Soekanto,
sebagai berikut:
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun
penemuan-penemuan baru sehingga tidak mengembangkan sikap apriori
(purbasangka).
2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai adanya beberapa
kekurangan yang dihadapi pada saat itu.
3. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
sekitarnya, sekaligus mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut
memiliki hubungan dengan keberadaan dirinya.
4. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap berkenaan dengan pendiriannya.
5. Berorientasi pada masa kini dan pada masa yang akan datang.
6. Memiliki kesadaran akan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
sekaligus memiliki keyakinan bahwa potensi tersebut dapat dikembangkan dengan
baik.
7. Memiliki kepekaan terhadap perencanaan.
8. Tidak mudah menyerah kepada nasib.
9. Percaya terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya
peningkatan kesejahteraan umat manusia.
10. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, serta kehormatan pihak lain.
Perlu digarisbawahi
bahwa tidak semua aspek tradisional merupakan suatu hal yang buruk. Dengan kata
lain, terdapat beberapa aspek tradisional yang mendukung terbentuknya manusia
modern. Sifat keterbukaan yang dimiliki oleh manusia modern termasuk di dalamnya
terhadap nilai-nilai tradisional, dalam arti, jika nilai-nilai tradisional
dipandang rasional dan selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
nilai tradisional tersebut akan diterima sebagai suatu hal yang positif bagi
kehidupan masyarakat.
Karena ilmu pengetahuan dan teknologi lebih banyak berkembang di
perkotaan, maka masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat
perkotaan.
Terdapat beberapa ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh masyarakat
kota, sebagaimana yang dijabarkan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang
berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar sebagai berikut:
(1) pada umumnya bersifat individual, yakni mengurus dirinya sendiri tanpa
harus bergantung dengan orang lain,
(2) adanya pembagian kerja yang jelas sesuai dengan bidang dan profesinya
masing-masing,
(3) terbukanya kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan sehubungan dengan
adanya sistem pembagian kerja yang jelas,
(4) penggunaan pola pikir yang secara umum bersifat rasional sehingga
interaksi yang terjadi lebih didasarkan atas faktor kepentingan tertentu,
(5) pentingnya faktor waktu sehubungan dengan adanya pembagian kerja dan
jadwal kerja yang padat, dan
(6)
adanya
perubahan-perubahan sosial yang tampak dengan jelas sehubungan dengan
keterbukaannya dalam menerima pengaruh budaya asing.