Pemerintah Belanda Merasa Tertipu Dengan Tindakan Teuku Umar dan Pasukannya

Gubernur militer Deyckerhoff dianggap sebagai bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Gubernur militer Deyckerhoff kemudian ia dipecat. Melihat keadaan ini, pemerintah Belanda memberi tugas kepada Dr. Snouck Hurgronje. Ia seorang ahli agama Islam, hukum adat, dan kebudayaan untuk menyelidiki masyarakat Aceh. Maksudnya untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pihak Aceh.

Dalam penyelidikannya, ia menyamar sebagai ulama dari Turki, bernama Abdul Gaffar. Dari penyelidikannya, Dr. Snouck Hurgronje menyusun sebuah buku yang berjudul De Atjehers. Dalam bukunya, ia mengusulkan bahwa Aceh harus ditaklukkan dengan menggunakan siasat kekerasan yaitu menyerang dan menggempur pusat-pusat pertahanan para ulama.

Atas dasar penyelidikan dan usul itu, pemerintah Belanda menugaskan Jenderal Van Heutsz untuk melaksanakan tugas tersebut. Ia membentuk pasukan anti gerilya/marschose (marechausse). Pada tahun 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh. Perjuangan dilanjutkan oleh istrinya, Cut Nyak Dien Tahun 1903, Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah karena keluarganya ditawan. Hingga pada tahun 1904, para pemimpin Aceh dipaksa menandatangani Perjanjian Singkat atau Plakat Pendek. Isinya menyatakan bahwa Aceh mengakui kekuasaan Hindia Belanda.

Walaupun begitu, perjuangan Aceh terus berlangsung. Perlawanan Aceh baru dapat betul-betul dipatahkan pada tahun 1917. Perang Banjar (1858–1866) Latar belakang terjadi perang banjar yakni:

a.   Pemerintah kolonial Belanda campur tangan dalam urusan pergantian takhta kerajaan. Pemerintah kolonial Belanda mendukung Pangeran Tamjidullah yang tidak disukai oleh rakyatnya.
b.   Setelah Pangeran Tamjidullah turun takhta, pemerintah kolonial Belanda mengumumkan penghapusan Kerajaan Banjarmasin. Tokoh-tokoh banjar ikut ambil dalam perang tersebut. Antara lain: Pangeran Prabu Anom, Pangeran Hidayat, Pangeran Antasari, Kyai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kyai Langlang.

Pertempuran terjadi di Sungai Barito. Kapal milik Belanda Omrust dibakar dan ditenggelamkan oleh rakyat. Tahun 1861, Pangeran Hidayat terpaksa menyerah dan diasingkan ke Cianjur. Tahun 1862, Pangeran Antasari wafat. Kyai Demang Leman tertangkap dan dihukum gantung. Haji Buyasin gugur dalam pertempuran di Tanah Dusun. Satu per satu pemimpin gugur sedikit demi sedikit kekuatan rakyat Banjar melemah. Kehilangan para pemimpin, membuat pertempuran dapat dipatahkan oleh Belanda.